Makalah Anak Tunawicara
TUGAS MATA
KULIAH ORTOPEDAGOGIK
ANAK
TUNAWICARA
DOSEN
PENGAMPU: Drs.Munawir Yusuf, M.Psi
Disusun oleh:
Kelompok III
1.
Donni Prakosha (
K5112021)
2.
Fajar Dwi Jatmiko (
K5112026 )
3.
Fathin Ika Fauziah
( K5112027 )
4.
Gigih Malinda
Puspitasari ( K5112030 )
5.
Listianingrum (
K5112041 )
6.
Maulana Bayu
(K5112042)
7.
Nadia Devina Arya
Putri ( K5112050 )
PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU
PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET SURAKARTA
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya atas terselesaikannya
makalah Ortopedagogik dengan judul “ANAK
TUNAWICARA” ini dengan baik.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas semester satu mata kuliah Ortopedagogik.
Tersusunnya makalah ini berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1.
Bp.Drs. Munawir Yusuf
,M.Psi selaku dosen mata kuliah Ortopedagogik
yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan makalah ini.
2.
Bapak ibu tercinta yang
selalu memberikan dukungan.
3.
Semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Tak ada gading yang tak retak, begitu
juga kami yang menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar menjadi lebih
baik lagi. Adapun harapan kami semoga makalah ini dapat diterima dengan
semestinya dan bermanfaat bagi kita. Amin.
Surakarta, 15 Oktober
2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul.................................................................................................... i
Kata
pengantar.................................................................................................... ii
Daftar
isi............................................................................................................. iii
Bab
I. Pendahuluan............................................................................................. 1
1.1 Latar
belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan
masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan
.............................................................................................. 2
Bab
II. Pembahasan ........................................................................................... 3
2.1 Pengertian
Tuna Wicara.................................................................... 3
2.2 Faktor
penyebab Tuna Wicara.......................................................... 3
2.3 Klasifikasi
Tuna Wicara.................................................................... 7
2.4 Karakteristik
Tuna Wicara................................................................ 8
2.5 Hambatan
yang Dialami Anak Tuna Wicara..................................... 9
2.6 Penanganan
pada Anak Tuna Wicara............................................... 9
2.7 Pendidikan
bagi Anak Tuna Wicara................................................. 12
Bab
III. Penutup ................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 14
3.2
Saran.................................................................................................
14
Daftar
pustaka.....................................................................................................
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap
anak yang lahir di dunia adalah anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa
kepada setiap orang tua. Adapun setiap anak terlahir dengan sempurna ataupun
terlahir secara istimewa memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari orang
tua maupun lingkungan sekitar.
Salah satu anak luar biasa atau istimewa itu adalah anak
tuna wicara. Anak tunawicara, mereka sebenarnya sama
dengan anak normal pada umumnya tetapi mereka mempunyai hambatan dalam
berbicara. Dengan kondisi ini seperti ini maka pentingnya pemahaman yang harus
dimiliki setiap orang tentang tuna wicara agar anak mendapatkan hak yang sesuai
dengan kebutuhannya. Inilah yang menjadi latar belakang pembuatan makalah ini.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud
dengan tunawicara?
1.2.2
Apa saja faktor
penyebab tunawicara?
1.2.3
Apa saja
klasifikasi tuna wicara?
1.2.4
Apa saja
karakteristik anak tuna wicara?
1.2.5
Apa saja hambatan dan gangguan anak tunawicara?
1.2.6
Bagaimana bantuan
atau penanganan yang harus dilakukan pada anak tuna wicara?
1.2.7
Bagaimana pendidikan
anak tuna wicara?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui
pengertian tunawicara
1.3.2
Mengetahui faktor
penyebab tunawicara
1.3.3
Mengetahui
klasifikasi tunawicara
1.3.4
Mengetahui
karakteristik dan gejala tunawicara
1.3.5
Mengetahui hambatan
dan gangguan anak tunawicara
1.3.6
Mengetahui bantuan
yang dapat diberikan pada tunawicara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tunawicara
Menurut Heri Purwanto dalam buku Ortopedagogik
Umum (1998) tuna wicara
adalah apabila seseorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)
bahasa maupun suaranya dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam
berkomunikasi lisan dalam lingkungan.
Sedangkan
menurut Menurut Frieda Mangunsong,dkk dalam Psikologi dan
Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna wicara atau
kelainan bicara adalah hambatan dalam komunikasi verbal yang efektif. Kemudian menurut Dr. Muljono Abdurrachman dan
Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan Luar Biasa
Umum (1994) gangguan wicara atau
tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi dari
bunyi bicara, dan atau
kelancaran berbicara.
Dari pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa anak
tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam
komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
2.2 Faktor Penyebab Tuna Wicara
Drs.Sardjono
mengutip (Moh. Amni dkk,1979,hal 23)
Anak tunawicara dapat terjadi karena
gangguan ketika :
1.
Sebelum anak
dilahirkan/ masih dalam kandungan (pre natal)
2. Pada waktu
proses kelahiran dan baru dilahirkan (umur neo natal)
3. Setelah
dilahirkan ( pos natal)
1.
Gangguan pre natal
a.
Hereditas (keturunan)
Yaitu
apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara keluarga terdapat
tunawicara atau membawa gen tunawicara sehingga ketika lahir anak tersebut
memiliki gangguan tunawicara. Ini disebut dengan tuli genetis. Perbedaan rhesus
ayah dan ibu juga dapat menyebabkan abnormalitas pada kelahiran anak.
b.
Anoxia
Kekurangan
oksigen dalam janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan syaraf yang menyebabkan
ketidaksempurnaan organ salah satunya aorgan
bicara seperti pita suara,tenggorokan,lidah,dan mulut.
2.
Gangguan neo natal
2.1 Prematur
Bayi-bayi prematur yang
lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir dengan organ tubuh yang belum
sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang kadang disertai ketulian. Kurangnya
berat pada ketika lahir juga dapat menyebabkan jaringan-jaringan
3.
Gangguan pos natal
3.1 Infeksi
Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya campak yang menyebabkan
tuli preseftik,virus akan mennyerang cairan koklea,menyebabkan anak menderita otitis media (koken).
Akibat yang sama akan terjadi bila anak menderita
scaerlet fever,dipteri, batuk hejang atau tertular sifilis.
3.2 meningitis(radang selaput
otak)
Penderita akan mengalami
kelainan pada pusat syraf pendengaran dan akan mengalami ketulian perseptif.
3.3 infeksi alat pernafasan
Seseorang dapat menjadi tuna
wicara apabila terjadi gangguan pada organ pernafasan seperti paru-paru,
laring, atau gangguan pada mulut dan lidah.
Kelainan
bahasa dan bicara seringkali berkaitan dengan kelainan yang lain. Frieda Mangunsong dkk dalam buku Psikologi dan
Pendidikan Anak Luar Basa mengutip Nelson
(1993) secara spesifik
mengemukakakn faktor-faktor yang berkaitan dalam bicara yaitu :
1. Faktor
Sentral
Yaitu
berhubungan dengan susunan syaraf pusat,yaitu
1.1 ketidakmampuan
berbahasa secara spesifik
1.2 keterbelakangan
mental
1.3 luka
otak (brain injury)
1.4 autisme
1.5 defisit
dalam hal perhatian dan hiperaktivitas, dll
2. Faktor
Periferal
Berhubungan dengan
gangguan sensoris atau fisik,yaitu
2.1 Gangguan
pendengaran
2.2 Gangguan
penglihatan
2.3 Gangguan
fisik
3. Faktor
Lingkungan
Disebabkan oleh faktor
lingkungan dan psikologik, seperti
3.1 Penyia-nyian
dan penganiayaan
3.2 Masalah
perkembangan perilaku dan emosi
4. Faktor
campuran
Yaitu kombinasai atau
gabungan dari faktor-faktor diatas.
Dalam
buku Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa (1998) Frieda Mangunsong dkk
mengemukakan Tunawicara juga dapat
disebabkan oleh :
1. Gangguan
kelancaran bicara
2. Kelainan
artikulasi
3. Kelainan
suara
4. Kelainan
bahasa
1.
Gangguan
kelancaran bicara
Gangguan
kelancaran bicara sering disebut dengan gagap. Gagap dapat disebabkan berbagai
faktor yaitu :
1.1 gangguan
emosi
1.2 kerusakan
otak
1.3 kerusakan
syarat
1.4 gangguan
organ bicara
2.
Kelainan
artikulasi
Kelainan
artikulasi adalah keadaan dimana suara bahasa diganti, dihilangkan, dirambah
atau didistorsikan. Kelainan ini disebabkan dari kesalahan memproduksi bunyi
yang mengakibatkan kebiasaan. Kesalahan memproduksi suara diakibatkan karena
koordinasi otot-otot mulut dan wajah yang tidak kuat. Selain itu kelainan
artikulasi juga disebabkan oleh lingkungan anak, karena seorang anak belajar
berbicara melalui proses peniruan atau imitasi, jika dalam lingkungannya
terdapat kesalahan dalam artikulasi makan kemungkinan anak tersebut juga akan
mengalami kesalahan dalam artikulasi
3.
Kelainan
suara
Kelainan
suara dapat disebabkan oleh
3.1 penyakit
seperti laringitis yang menyebabkan suara menjadi serak
3.2 Terdapat
tumor pada pita suara
3.3 Kelainan
pada pitch atau tinggi rendahnya nada. Suara terlalu tinggi,rendah, atau
monoton
4. Kelainan bahasa
Kelainan
bahasa disebabkan disfungsi susunan syaraf pusat atau kerusakan susunan syaraf
pusat yang secara medis sulit diperbaiki.
2.3 Klasifikasi Tunawicara
Dalam buku Ortopedagogik
Umum(1998), Heri Purwanto mengemukakan tunawicara secara umum
diklasifikasikan menjadi 4 bagian,yaitu
1.
Keterlambatan bicara
(Delayed speech )
Yaitu
seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicaranya jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
2. Gagap
(stuttering)
Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan
dapat berupa,
a.
Pemanjangan fonom atau
suku kata depan (prolongation),
b.
Pengulangan suku kata
depan ( repetition ),
c.
Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara (
silent struggle )
d.
Anak dengan kekacauan
dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa bicara terlalu cepat, struktur kalimat
tidak karuan, repitisi berlebihan.
3.
kehilangan kemapuan
berbahasa(disphasia).
Yaitu
kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan dalam inti pembicaraan
sampai tidak dapat bebicara sama sekali.
4.
Kelainan
suara(voice disorder)
Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal.
Adapun kelainan suara berupa
a.
Kelainan
nada(pitch)
Kelainan nada bicara dapat
berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau monoton.
b.
Kelainan kualitas
suara
Kelainan kualitas atau warna suara berupa serak, lemah, atau desah.
c.
Kelainan keras
lembutnya suara.
Kelainan ini dapat berupa suara keras ataupun suara lembut
2.4 Karakteristik
tuna wicara
Menurut Heri
Purwanto dalam Ortopedagogik umum (1998) yang
merupakan karakterisktik anak tunawicara adalah :
1.
Karakteristik bahasa
dan wicara
Pada
umumnya anak tunawicara memiliki
kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan
perkembangan bicara anak-anak normal.
2.
Kemampuan intelegensi
Kemamapuan
intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada skor IQ
verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya
3. Penyesuaian
emosi,sosial dan perilaku
Dalam melakukan interaksi sosial di
masyarakat banyak mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna
wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara
terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
Sedangkan yang
merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak tunawicara adalah .
a. Berbicara
keras dan tidak jelas
b. Suka
melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
c. Telinga
mengeluarkan cairan
d. Biasanya Menggunakan alat bantu
dengar
e. Bibir
sumbing
f.
Suka melakukan gerakan
tubuh
g. Cenderung
pendiam
h. Suara
sengau
i.
Cadel
2.5 Hambatan yang dialami anak tunawicara
Anak
tunawicara
memiliki keterbatasan dalam berbicara atau komunikasi verbal, sehingga mereka
memiliki hambatan dan kesulitan dalam berkomunikasi dan menyampaikan apa yang
ingin mereka rasakan. Kesulitan dalam berkomunikasi akan semakin parah apabila
anak tunawicara ini menderita tungarungu juga.
Adapun hambatan - hambatan yang sering ditemui pada anak tuna wicara :
a. Sulit
berkomunikasi dengan orang lain
b. Sulit
bersosialisasi.
c. Sulit
mengutarakan apa yang diinginkannya.
d. Perkembangan
pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder.
e. mengalami
gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan kematangan sosial.
2.6 Penanganan pada anak tuna wicara
2.6.1 Latihan Artikulasi
Artikulasi adalah gerakan otot-otot dari langit-langit,
rahang lidah dan bibir yang perlu untuk bicara. (Drs.Sardjono,1990, Ortopedagogik tuna rungu-wicara). Sardjono mengutip De vreede Varekamp (1973)
ada 4 latihan yang perlu dilakukan dalam membantu anak tunawicara, yaitu
a.
Latihan meniup
b.
Latihan bibir
c.
Latihan lidah
d. .Latihan velum (untuk anak yang berbicara sengau)
2.6.2
Terapi Wicara (speech therapy)
Yaitu
pengembangan kemampuan bicara anak tuna wicara dengan melatih pengucapan oral (
mulut ).
2.6.3
Speech development
Yaitu
pengembangan kemampuan bicara. Anak tunawicara dapat diajar berbicara. Dalam
masyarakat masih banyak orang yang berfikir bahwa anak tuna wicara
tidak dapat membawa suara. Pendapat ini salah sebab anak tuna wicara
dapat bersuara. Hal ini tergantung melatih suara tersebut untuk berbicara.
2.6.4
speech Improvement
Yaitu
segala macam usaha yang berhubungan dengan pengembangan kemampuan bicara.
Contoh : grammar, spelling, reading, dam comprehension. Setelah anak terbiasa
mengucapkan kata-kata dengan baik maka perlu peningkatan bicara dengan menambah
beberapa perbendaharaan kata.
2.6.5
Speech
correction
Yaitu
suatu pembetulan bicara yang brbau terapi, dengan cara membetulkan dan
mengoreksi istilah-istilah yang tidak benar.
2.6.6
Speech education
Yaitu
pendidikan bicara dan berbahasa.
Cara
membantu tunawicara:
Cara untuk
membantu anak tunawicara adalah :
a) Bicara harus
jelas dengan ucapan yang benar
b) Gunakan kalimat
sederhana dan singkat
c) Gunakan
komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan
d) Gunakan pulpen dan
kertas untuk menyampaikan pesan
e) Bicara berhadapan
muka
f) Latihan
gerak bibir dengan cermin
g) Latihan menggunakan
bahasa isyarat
(ABK TUK TENDIK.pdf Revisi I : Yogyakarta, 23-26 Maret
2010 dr Yulia Suharlina dan Hidayat)
Cara membantu anak dengan hambatan berbicara dan bahasa
Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk membantu anak dengan hambatan bicara dan bahasa adalah :
a. Tidak menuntut anak untuk berbicara menggunakan tata bahasa
yang benar. Yang utama adalah menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan
untuk anak berlatih bicara.
b. Saat mengajak anak berbicara, hindari hal-hal lain yang mungkin
dapat mengganggu, seperti radio dan televisi yang menyala.
c. Tidak terlalu banyak melakukan kritikan atas bicara dan bahasa
anak, sehingga anak tidak tertekan ketika berbicara dan berbahasa.
d. Ijinkan anak untuk berhenti bicara jika anak merasa tidak
nyaman.
e. Jangan meminta anak untuk mengulangi ucapannya.
f. Orang dewasa harus berbicara dengan pelan dan jelas pada anak
agar dapat ditangkap dan dicontoh maksudnya.
g. Biarkan anak berbicara dan mengucapkan kalimatnya sampai
selesai, jangan pernah dipotong pembicaraannya.
h. Menatap mata anak ketika berbicara dan tidak menunjukkan
kekecawaan atas proses bicara dan berbahasa anak.
i. Terus melatih anak dengan memberikan contoh yang baik dan
selalu berbicara dengan jelas.
2.7
Pendidikan bagi anak tuna wicara
Anak
tuna wicara perlu di tampung dan diberi pendidikan seperlunya disesuaikan
dengan ketunaannya. Sekolah yang khusus menanpung anak tuna wicara disebut
sekolah luar biasa bagian B. (SLB B). Berpangkal pada ketentuan-ketentuan bahwa
:
“-segala warga Negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahaan…….. (pasal 27 ayat 1 UUD 45).
Kemudian bahwa :
-tiap-tiap arga Negara berhak
mendapatkan pengajaran ( pasal 31 ayat 1 UUD 45)
Juga dalam uu no.12 tahun 1954
sebagai undang-undang pokok pendidikan, menetapkan antara lain sebagai berikut
:
a. Pendidikan
dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam pancasila,
undang-undang dasar nedara republic Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan
(bab III, pasal 4 )
b. Pendidikan
dan pengajar luar biasa di berikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan
(pasal 6 ayat 2)
c. Pendidikan
dan pengajaran luar biasa bermaksud pada orang-orang yang dalam keadaan
kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya, supaya mereka dapat memiliki
kehidupan lahir batin yang layak (pasal 7 ayat 5).
Berdasarkan
pedoman pelaksanaan kurikulum slb untuk tuna rungu wicara bagian B tahun 1977
buku III A 1 dijelaskan kurikulum SLB / B 1976 mengarahkan pada suatu
pengajaran bahasa untuk membentuk tuna rungu wicara yang memiliki sikap dan
bagian mata, dimana diperhatikan ke seluruhan hidup manusia yang cacat
pendengaran dengan segala akibatnya dan kekhasannya sebagai manusia “Pemata”
dan diusahakan menyusun hubungan pengertian yang akumulatif dengan keadaan
hidup sesengguhnya, yang mencakup kenyataan dan
lingkunagan sekitar, tetapi tugas – tugas sosial, budaya dana politik
dalam masyarakat.
Adapun
tujuan pendidikan bagi tuna rungu wicara agar anak dalam proses belajar
mengajar dapat secara langsung berhadapan secara tatap muka agar siswa dapat :
a. Menangkap
bentuk ucapan dana pembendahraan kata.
b. Menambah
bentuk ucapan ungkapan.
c. Menambah
ucapan kalimat.
d. Menambah
keseluruhan isi cakapan.
e. Memanfaat
sisa pendengaran.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Anak tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan
atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi.
Faktor
penyebab tuna wicara disebabkan oleh gangguan pada sebelum kelahiran (pre
natal) , saat kelahiran (neo natal) dan setelah kelahiran (pos natal)
Klasifikasi anak tuna
wicara antara lain keterlambatan bicara, gagap,
Tuna wicara dapat di
Karakteristikkan menjadi 3 yakni bahasa dan wicara , kemampuan
intelegensi
dan penyesuaian emosi,sosial dan perilaku.
Hambatan
yang dialami anak tunawicara antara lain , Sulit berkomunikasi dengan orang
lain: Sulit bersosialisasi, Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya,
Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder, mengalami
gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan kematangan sosial.
Penanganan
anak tunawicara dapat dilakukan dengan cara , latihan Artikulasi, Terapi Wicara (speech therapy), Speech development, Speech Improvement
,Speech correction, Speech education.
3.2
SARAN
Anak
tuna wicara harus dibantu agar dapat bersosialisasi dengan orang lain sehingga
ia tidak dipandang melalui kekurangannya. Anak tuna wicara juga dapat dilatih
seperti manusia normal pada umumnya, namun mereka hanya sulit berbicara. Tuna
wicara juga memerlukan pendidikan yang dapat mendukung mereka serta
menghilangkan hambatan – hambatan pada diri mereka seperti sekolah- sekolah
umum dan khusus.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrachman, Muljono dan Sudjadi, (1994), Pendidikan Luar Biasa Umum .Jakarta:
Departemen pendidikan dan kebudayaan
Mangunsong, Frieda, dkk.( 1998), Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa.
Jakarta: LPSP3 UI
Purwanto, Heri,( 1998), Ortopedagogik Umum. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Sardjono,(1990), Orthopaedagogiek
Lanjut. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
blog nya bagus. isinya juga bagus banget
BalasHapusmakasih ya tulisannya sangat membantu dan bermanfaat :)
sama - sama semoga bermanfaat :)
Hapusterimakasih banyak :) sangat membantu tugas kuliah saya :)
BalasHapussama-sama, semoga bermanfaat :)
HapusIsinya bagus :) Sangat bermanfaat. (y)
BalasHapusterimakasih banyak :)
Hapusisinya menarik
BalasHapusterimakasih, semoga bermanfaat :)
Hapus