Rehabilitasi Psikososial Tuna Daksa


Rehabilitasi Psikososial
Untuk Anak Tuna Daksa






Disusun oleh:
Nama   : Fathin Ika Fauziah
NIM    : K5112027

               UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
                  JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
   PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
   Jl.Ir Sutami 36A Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
    Web: plb.fkip.uns.ac.id; Email: plb@fkip.uns.ac.id


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN MATERI.......................................................................... 1
A.    GARIS BESAR ISI ARTIKEL...................................................................... 1
B.     TELAAH ARTIKEL....................................................................................... 2
BAB II PENUTUP...................................................................................................... 4
A.    KESIMPULAN............................................................................................... 4
B.     LAMPIRAN.................................................................................................... 5


BAB I

PENDAHULUAN ARTIKEL




A.          GARIS BESAR ISI ARTIKEL
Proses rehabilitasi psikososial adalah upaya yang dilakukan untuk mengembalikan keberfungsian  sosial bagi individu yang mengalami kecacatan fisik maupun psikis. Dalam hal ini, bimbingan dan konseling bekerja dalam lingkup yang mencakup penanganan terhadap individu-individu normal dari segi psikisnya. Maka dapat dikatakan bahwa bimbingan dan konseling  membantu individu-individu normal yang terganggu keberfungsian sosialnya. Fungsi sosial individu dapat terganggu antara lain karena cacat fisik yang menimbulkan kurang percaya diri sehingga menghambat proses berkembangnya individu dalam suatu masyarakat, dan cacat mental atau psikis.
Layanan rehabilitasi sangat tepat untuk anak tunadaksa. Layanan tersebut efektif untuk meningkatkan kemandirian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan bagi anak tersebut yang pada umumnya anak penderita tersebut memiliki tingkat percayadiri dan kemandirian kurang. Diskriminasi oleh lingkungan sekitar juga turut andil bagi perkembangan anak tersebut, sehingga mereka sulit untuk menyesuaikan dan berperan aktif didalam masyarakat serta lingkungan sekitar. Maka dari itu untuk mengatasinya diperlukan rehabiliasi psikososial untuk mereka. Meskipun dilindungi dalam undang-undang namun, partisipasi mereka masih jauh dari yang diperkirakan.



B.           TELAAH ARTIKEL

1.      Isi Artikel Dibandingkan dengan Pendapat Pribadi
Menurut pandangan saya, rehabilitasi psikososial sangat diperlukan bagi anak tuna daksa dan anak berkebutuhan khusus yang lainnya. Untuk mendapatkan rasa percaya diri dan kemampuan bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar sangatlah sulit, mengingat keterbatasan yang mereka miliki. Anak tuna daksa terkadang dalam bersosialisasi dengan masyarakat atau lingkungan sekitar hanya dianggap sebelah mata, hal ini berdampak pada psikis mereka. Ada anak yang sudah paham dan menerima semua itu, namun banyak pula anak yang terlalu labil memicu timbulnya stress dengan keadaan tersebut. Orangtua, teman, guru, sekolah dan semua yang ada disekitar mereka turut andil dalam proses rehabilitasi bagi anak tersebut.
Maka dari itu diperlukanlah rehabilitasi psikososial dengan bervariasi, misalnya pendekatan terhadap anak dengan menjadi teman curhat atau orang yang dipercayainya, untuk orangtua bisa mencari bakat anak  tersebut sehingga mampu untuk mengoptimalkan kemampuan tersebut yang selanjutnya berguna untuk anak itu sendiri. Untuk sekolah atau lingkungan sekitar, dapat melakukan dengan cara mendukung hal-hal positif yang dilakukan penyandang tuna daksa tersebut atau member pekerjaan yang dirasa mampu untuk dikerjakan penyandang tuna daksa, dengan melihat potensi yang ada dari anak tersebut. Hal-hal kecil tersebut kiranya bisa membantu meringankan beban psikologis mereka.

2.      Menurut Pendapat Para Ahli
o   Menurut Suroyo, jenis rehabilitasi bagi penyandang tunadaksa menurut kebutuhannya antara lain:
a.       Rehabilitasi medis Rehabilitasi medis adalah pemberian pertolongan kedokteran dan bantuan alat-alat anggota tubuh tiruan (prothese), alat-alat penguat anggota tubuh. (Suroyo, 1977)
b.      Rehabilitasi vokasional Reahbilitasi vokasional atau karya adalah rehabilitasi penderita kelainan fungsi tubuh bertujuan memberi kesempatan anak tunadaksa untuk bekerja. (Suroyo, 1977)
c.       Rehabilitasi psikososial, Rehabilitasi psikososial adalah rehabilitasi yang dilakukan dengan harapan mereka dapat mengurangi dampak psikososial yang kurang menguntungkan bagi perkembangan dirinya. (Suroyo, 1977)
o   Menurut Agung Yuwono. Rehabilitasi adalah usaha bimbingan didikan dan latihan agar para cacat (ALB) dapat mengatasi kecacatannya, mengembangkan kemampuannya sedemikian rupa sehingga dia dikemudian hari dapat menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat dimana ia berada.
o   Menurut The National Council for Rehabilitation di Amerika Serikat(1947) sebagaimana dikutip suharso sebagai berikut :
Rehabilitasi adalah suatu pembinaan yang ditujukan kepada para cacat(ALB), agar dapat memiliki kemampuan fisik, mental, social, pekerjaan, dan ekonomi yang setinggi mungkin.






BAB II
PENUTUP

A.          KESIMPULAN
Jadi, diperlukan dukungan dari berbagai aspek terhadap anak tuna daksa. Seperti aspek psikologi dengan menyemanagati anak tersebut, aspek sosial dengan tidak meremehkan anak tuna daksa. Aspek fisik dengan menyediakan atau memberikan alat bantu yang kiranya memudahkan aktifitas mereka sehari-hari. Dengan karakteristik dan potensi yang relatif  mereka memiliki kemungkinan untuk dilakukan upaya mengembangkan potensinya secara optimal melalui proses pendidikan dan latihan.














B.       LAMPIRAN
Rehabilitasi Psikososial Efektif Tingkatkan Konsep Diri Remaja Cacat Fisik
Tanggal Posting 2009-07-09 15:10:51
Pada umumnya, remaja dengan cacat fisik memiliki permasalahan yang terkait dengan konsep/kepercayaan diri dan kemandirian yang rendah.Hal tersebut disebabkan salah satunya oleh masih adanya diskriminasi dalam masyarakat terhadap penyandang cacat fisik. Diskriminasi menjadi kendala bagi mereka dalam proses penyesuaian diri untuk berperan aktif di masyarakat dan lingkungan. Untuk mengatasi persoalan itu, remaja cacat fisik seharusnya menerima pembinaan psikososial agar menjadi pribadi yang matang.
Layanan rehabilitasi penyesuaian social atau psikososial terbukti efektif untuk meningkatkan konsep diri, kemandirian, dan penyesuaian diri remaja cacat fisik.
Program rehabilitasi psikososial dijadikan prioritas utama dalam upaya proses integrasi sosial, peran sosial yang aktif, dan peningkatan kualitas hidup remaja cacat fisik. Di samping itu, rehabilitasi psikososial juga memberikan kesempatan yang luas untuk magang dalam dunia kerja.
Hingga saat ini kebijakan pemerintah terkesan timpang dan masih menganggap remaja cacat fisik berada pada posisi marjinal. Padahal, remaja cacat fisik merupakan bagian dari warga negara Indonesia yang juga memiliki hak sama atas kehidupan bernegara dan bermasyarakat karena konstitusi tidak mengenal diskriminasi. Marjinalisasi terjadi akibat rendahnya aksesibilitas di berbagai bidang, seperti pendidikan, pekerjaan, dan fasilitas umum.
"Meskipun dukungan legalisasi telah ada, seperti UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat serta implementasi dari pencanangan dasawarsa tunadaksa Asia Pasifik, namun keterlibatan atau peran serta tunadaksa dalam masyarakat masih jauh dari yang diharapkan," ujarnya.
Rehabilitasi Psikososial: Pembentukan Konsep Diri dan Kemandirian Remaja Cacat Fisik, dijelaskannya bahwa dukungan keluarga, khususnya orang tua, sangat dibutuhkan dalam pembentukan konsep diri dan mencapai kemandirian. Pendekatan psikologis dan emosional orang tua anak dapat menjadi motivator yang kuat menuju kemandirian. Keluarga yang dapat menerima kecacatan anaknya dan memaksimalkan fungsinya akan membantu anak menumbuhkan motivasi dan kepercayaan diri dalam mencapai kemandirian. Selain itu, penting juga untuk tidak memberikan perlakuan diskriminatif dari anggota keluarga.

































Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer